JatimNetwork.com - Buntut dikeluarkannya surat penangkapan oleh ICC atau Pengadilan Kriminal Internasional, parlemen Rusia buka suara.
Ketua parlemen Rusia, Vyachslav Volodin, mengusulkan untuk melarang seluruh aktivitas ICC di Rusia.
Sosok yang juga merupakan sekutu presiden Rusia Vladimir Putin ini juga mengancam akan menghukum siapa saja yang memberi dukungan dan bantuan kepada ICC.
Diberitakan sebelumnya, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan Vladimir Putin pada awal pekan ini.
Putin diduga melakukan kejahatan perang, dengan mendeportasi ratusan anak dari Ukraina secara ilegal.
Selain itu, Putin juga disebut-sebut secara tidak sah melakukan pemindahan warga dari wilayah Ukraina ke Rusia sejak invasi dimulai 24 Februari 2022.
Dikutip JatimNetwork.com dari Reuters, Volodin mengatakan undang-undang Rusia harus diubah untuk melarang segala aktivitas ICC di negara itu.
"Penting untuk menyusun amandemen undang-undang yang melarang aktivitas ICC di wilayah negara kita," ujar Volodin melalui unggahan Telegram.
Baca Juga: Selain Vladimir Putin, 4 Pemimpin Ini Pernah Jadi Buronan ICC, Siapa Saja?
Volodin menyebut Amerika Serikat telah membuat undang-undang yang mencegah warga negaranya diadili di pengadilan Den Haag, dan Rusia ingin melakukan hal yang sama.
Ia juga mengatakan akan menghukum siapapun yang memberikan bantuan dan dukungan untuk ICC di wilayah Rusia.
Ancaman penangkapan terhadap Putin telah menjadi perhatian penuh pemerintah Rusia.
Bahkan, mereka memperingatkan setiap upaya untuk menangkap pemimpin Rusia itu sama halnya dengan mendeklarasikan perang melawan kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Artikel Terkait
Terkini! Presiden Vladimir Putin Diduga Lakukan Pelanggaran? ICC Terbitkan Surat Penangkapan
Pantang Takut! Di Tengah Ancaman Penangkapan oleh ICC, Vladimir Putin Justru Kunjungan Mendadak ke Kota Ini
Selain Vladimir Putin, 4 Pemimpin Ini Pernah Jadi Buronan ICC, Siapa Saja?
Rusia Ancam Serang Markas Besar ICC dengan Rudal Hipersonik Jika Ingin Tangkap Presiden Rusia Vladimir Putin
ICC Ungkapkan Kekhawatiran Setelah Mendapat Ancaman dari Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev